Warren Buffett adalah seseorang yang memiliki kekayaan lebih dari 130 miliar dolar, berasal dari pemula yang menjual Coca-Cola.
Warren Buffett, yang dikenal sebagai “The Oracle of Omaha,” memulai karirnya yang luar biasa dari latar belakang yang sederhana. Ia lahir pada tahun 1930 di Omaha, Nebraska, tepat ketika The Great Depression dimulai, yang mempengaruhi ekonomi daerahnya secara signifikan.
Dia adalah seorang anak yang pemalu dan banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, di mana ia mengembangkan minat awalnya terhadap investasi dan bisnis.
Pada usia 6 tahun, Buffett memulai usaha pertamanya dengan menjual Coca-Cola dari pintu ke pintu, menghasilkan lima sen per paket. Ia tidak hanya berhenti di situ, tetapi juga mulai menjual permen karet dan majalah, membentuk dasar kemampuannya dalam berbisnis sejak usia dini.
Pengalaman Investasi Pertama
Pada usia 11 tahun, Warren membeli saham pertamanya, menandai awal perjalanan investasinya. Di usia 11 tahun, Buffett menggunakan uang hasil penjualannya untuk membeli tiga saham di perusahaan minyak dan gas, City Service, dengan nilai masing-masing delapan dolar.
Meskipun saham tersebut mengalami penurunan nilai, termasuk mencapai harga 27 dolar, Buffett tetap berpegang pada investasi tersebut sampai harga kembali naik ke 40 dolar.
Pelajaran yang ia ambil dari pengalaman ini sangat berharga; ia menyadari betapa pentingnya ketahanan dan kesabaran dalam berinvestasi, meskipun sempat merasakan penyesalan akan kesempatan yang terlewatkan.
Pendanaan dan Bisnis Muda Buffett
Warren Buffett membeli properti pertamanya, sebuah lahan pertanian, pada usia 15 tahun.
Dalam perjalanan hidupnya, setelah keluarganya pindah ke Washington DC karena jabatan ayahnya sebagai anggota kongres, Buffett mendapatkan pekerjaan pertamanya mengantarkan surat kabar.
Uangnya tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tetapi juga untuk membeli mesin pinball dan proprti tanah pertamanya yang seluas 40 hektar di Nebraska.
Pendidikan dan Pengaruh Mentor
Ditolak oleh Harvard, Warren belajar banyak dari Benjamin Graham di Columbia. Buffett melanjutkan pendidikannya di University of Pennsylvania dan kemudian di University of Nebraska untuk studi administrasi bisnis.
Penolakan untuk masuk ke Harvard malah membawanya ke Columbia, di mana ia belajar dari economist dan investor terkenal, Benjamin Graham.
Mempelajari prinsip investasi dari Graham, Buffett mulai menggunakan pendapatannya untuk mendirikan perusahaan investasi pertamanya, Buffett Associates Limited, pada usia 25 tahun.
Investasi Warren Buffett dan Portofolionya
Buffett membeli perusahaan-perusahaan terkemuka seperti American Express, National Indemnity, dan Coca-Cola melalui serangkaian transaksi yang membentuk portofolionya saat ini.
Warren Buffett dikenal sebagai investor yang cerdas, memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang berpotensi memberikan keuntungan jangka panjang. Pada tahun 1967, ia melakukan investasi awal di American Express dan National Indemnity. Seiring berjalannya waktu, Buffett terus memperluas portofolionya dengan mengakuisisi beberapa perusahaan terkemuka.
Beberapa akuisisi penting yang dilakukan Buffett termasuk Blue Chip Stamps pada tahun 1968, Illinois National Bank pada tahun 1969, dan The Washington Post pada tahun 1973. Selanjutnya, ia juga berinvestasi dalam perusahaan-perusahaan seperti Safeco Insurance, General Foods, AON, Solomon Brothers, dan Coca-Cola.
Proses investasi yang dilakukan Buffett tidak hanya berfokus pada mendapatkan keuntungan cepat tetapi lebih ke arah membeli perusahaan yang memiliki nilai intrinsik yang kuat dan mampu bertahan dalam jangka panjang.
Strategi Investasi Buffett yang Dapat Diikuti
Strategi investasi Warren Buffett itu mudah dan dapat diikuti oleh semua orang. Buffett menekankan pentingnya mengabaikan opini publik dan fokus pada fakta ketika melakukan investasi.
Hal yang terpenting adalah memahami nilai perusahaan dan proyeksi masa depannya. Ia percaya bahwa banyak orang tidak berpikir dengan cara yang benar saat berinvestasi, sering kali berharap harga saham naik dalam waktu dekat.
Pendekatan Buffett adalah dengan berpikir jangka panjang, mempertimbangkan apakah perusahaan akan bernilai lebih tinggi dalam waktu 10 hingga 20 tahun mendatang. Dia lebih memilih untuk membeli ketika harga saham turun karena ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan investasi.
Buffett menggarisbawahi bahwa sukses dalam investasi lebih bergantung pada temperamen yang tepat dibandingkan dengan kecerdasan intelektual.
Memiliki IQ lebih dari 125 tidak menjamin kesuksesan dalam investasi; namun, memiliki sikap yang tepat untuk berpikir mandiri sangat penting. (fir)